Sabtu, 26 Mei 2007

KA’BAH DAN KEISTIMEWAANNYA.

Oleh : Suriansyah Hanafi

Sesungguhnya Ka’bah selalu dekat dan lekat di hati kaum Muslim. Mereka telah menjadikan Ka’bah sebagai arah (kiblat) dalam melakukan pendakian spritual untuk sungkem kepada Allah. Dalam sehari semalam, bagi kaum muslim yang taat kepada sang pencipta, tidak kurang 5 kali ia menempatkan ka’bah di bilik dadanya. Saat-saat ia mulai membenamkan kakinya dan miqat di atas sajadah kesholehan. Saat itu pula ia memandang dengan pan-dangnya yang berbakat dan bertenaga. Walaupun ia belum pernah bersua dengan bangunan yang tua (Baitul ‘Atieq). Dari jauh ataupun dari dekat. Tapi getar-getar sukma telah menerbangkannya pada dendang yang melangit.

Lalu, bagi mereka yang tahun ini telah melunasi BPIH (Biaya Penyelengga-raan Ibadah Haji), telah bulat cita-cita dan mampu (Istithoaah), baik keamanan, harta, dan mana-siknya, maka bersiaplah menjadi tamu di rumah Tuan Yang Maha Penyayang (Ar-Rahman). Bersiaplah berjumpa kekasih yang dirindu. Terminal terakhir di Embarkasi akan ditinggalkan, lambaian tangan dan isak tangis mengiringi kepergian keseorangan. Tinggallah kampung dan halaman. Tinggal pula keluarga, kawan, krabat dan handai taulan. Semua peng-orbanan itu dilakukan hanya untuk berjumpa Tuhan, menjenguk rumahnya yang berdiri kekar bagai tonggak-tonggak terhormat. Itulah Ka’bah yang bersembunyi di balik mata hati.

Namun demikian, begitu dekatnya kita dengan Ka’bah, hingga jarang sekali ada sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan ka’bah, arti, mengapa dinamakan ka’bah, kapan dibangun, oleh siapa dan apa keistimewaannya.

Dalam manasik haji yang dilaksanakan dan diikuti oleh calon jamaah, baik penyeleng-garan bimbingan itu oleh KBIH, (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji), Biro Bimbingan yang lain atau oleh Majelis-majelis Ta’lim. Hal-hal yang mengarah pada tataran filosofis dan kesejarahan seperti itu memang sangat jarang kita dengar. Kalaupun ada, hanya sebatas keterangan sepintas yang belum menyentuh dan membangkitkan aura rindu dan kecintaan terhadap amaliah yang dilakukan.

Oleh karena itu, dalam tulisan kali ini, di saat ratusan ribu jamaah kita meninggalkan kampung halaman, meninggalkan keluarga untuk membuka frekuensi dan merasakan manisnya “bercinta” dengan Tuhan, atau asyiknya beradu hati dan mata, menatap bangunan unik yang terbuat dari bebatuan dengan ukuran 15 X 11 X 12 itu, ada baiknya kita mengenal Ka’bah lebih dekat, berikut keistimewaan-keistimewaannya.

Ka’bah, Sejarahnya Dulu

Pada awalnya ka’bah dikenal dengan nama “Baitul Haram” (Rumah suci) Kemudian dinakan Ka’bah karena ia seperti kubus, persegi empat. Dalam bahasa arab, setiap bangunan yang persegi empat dinamakan ka’bah, karena ia unik dan letaknya tinggi dari tanah. (Pendapat Ibnu katsir).

Menurut Prof. Dr. Zakiyah Derajat, bahwa yang pertama kali membangun ka,bah adalah para malaikat. Dua ribu tahun sebelum adam diciptakan malaikat telah membuat ka’bah sebagai tempat tawaf di muka bumi. Menurut Maulana Zakariyya Al-Khandahlawy, inilah pendapat yang masyhur. Sebagian ulama yang lain ada yang menyatakan bahwa kali pertama Ka’bah di bangun bukanlah oleh para malaikat. Allah sendirilah yang menyebabkan kejadiaan-nya dengan perintah-Nya yang absolut (mutlak). Dengan Qudrah dan Iradah-Nya . Bahkan malaikat sedikitpun tak mengambil bagi-an dalam pembangunan itu pada awal kejadiannya.

Menurut Prof. Dr. Zakiyah Derajat, sejarah pembangunan yang pertama hingga ke tiga tidak terdapat dalam Al-Quran maupun hadits-hadits shohih.

Disebutkan dalam sejarah, bahwa pembangunan Ka’bah berlangsung seba-nyak dua belas kali Pembangunan yang kedua dilakukan oleh nabiullah Adam AS, setelah beliau disuruh ke luar dari surga dan bermukim di bumi. Dalam pembangunan ini, Adam mengumpulkan bebatuan dari lima buah gunung yang berbeda; Gunung Lubnan, gunung Sinai, Gunung Zaita, Gunung juudi dan Hira’. Versi yang lain menyatakan bahwa nabiullah Adam AS Cuma meletakkan asasnya. Sementara dari langit turunlah Baitul makmur ke atasnya.Dengan bantuan para malaikat, Nabi adam meneruskan bangunan itu, lalu Allah memerintahkan beliau untuk melakukan thawaf.

Setelah nabiullah Adam ‘Alaihissalam wafat , Baitul makmur ini sekali lagi diangkat ke langit. Ka’bah dibangun kembali oleh seorang putranya, yaitu Syist dengan menggunakan tanah dan batu. Hal ini berjalan terus hingga zaman Nabi Nuh, as , yang saat itu bangunan itupun runtuh akibat taufan.

Pembangunan Ka,bah generasi ke-empat dilakukan oleh Nabiullah Ibrahim, as. Menurut sebuah riwayat dari pada sa’ad ra mengatakan bahwa, Ibrahiem as pada masa itu mencapai usia lanjut, 100 tahun. Sedangkan Ismail berumur 30 tahun (Durre Manthur).

Keterangan Al-Quran yang mengo-mentari hal ini diantaranya terdapat dalam surah : Al-Baqarah ; 125 yang artinya : Dan Ingatlah ketika kami jadikan rumah (Baitullah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia, dan jadikanlah maqam Ibrahiem tempat sholat. Dan kami perintahkan kepada Ibrahiem dan Ismail untuk membersihkan rumahku itu bagi orang-orang yang thawaf, yang I’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud).

Juga terdapat dalam Qur’an Surah Al-Baqarah ; 126-127, Al-Hajj ; 26-27.

Dari ayat-ayat tersebut di atas, jelaslah terlihat bahwa perintah tawaf dan haji telah ada sejak zaman Nabi Ibrahiem as. Keterangan tersebut diperkuat oleh Husein Abdullah Basala-mah yang mengarang buku sejarah ka’bah tahun 1354. Diterangkan dalam buku tersebut, yang diutip oleh Prof dr. Hj. Zakiyah Derajat, bahwa ka’bah dibuat dari batu. Tinggi 9 hasta, panjang dari utara ke selatan yang menghadap ke barat; 31 hasta. Panjang dari timur ke barat yang menghadap ke selatan, sekitar hajar aswad ke arah rukun Yamani, 20 hasta . Panjang dari timur ke barat yang mengahdap utara, arah Hijr Ismail, 22 hasta. Dibuat dua buah pintu yang langsung dari lantai, salah satunya di bagian timur sebelah Hajar Aswad. Satu lagi dibagian barat sebelah sudut Yamani menghadap ke timur. Di dalam ka’bah ada juga lubang yang digali sebuah lubang dalam ka’bah sebagai gudang penyimpan sesuatu. Nabi Ibrahim a.s. tidak membuat atap untuk ka’bah.

Ketika Ka’bah yang dibangun oleh nabi Ibrahiem itu runtuh, maka pembangunan yang ke lima dilakukan oleh suku Amaliqah. Dan ketika bangunan yang dibangun oleh suku Amaliqah itu hancur, pembanguanan yang ke enam dilakukan oleh suku Jurhum, kemudian diperbaharui oleh Qushai bin Kilab, dimana beliau mengadakan perubahan terhadap ukuran-ukuran dinding Ka’bah. Pembangunan ke delapan dilakukan oleh Abdul Mutholib, kakek Rasulullah saw.

Menengok Sekitar Ka’bah

Dalam bukunya, Haji Ibadah Yang Unik, Prof. Dr. Hj. Zakiyah Derajat bercerita banyak tentang Ka,bah dan sekitarnya. Ia menulis juga apa sebenarnya yang terdapat di dalam ka’bah, Kiswah, pencucian ka’bah, Pewangian, Mizab (Pancoran emas), Hijir Ismail, Hajar Aswad dan Multazam.

Beberapa Keistimewaan Ka’bah

Ka’bah yang berdiri tegar sebagai tonggak terhormat di sumbu bumi ini, memiliki beberapa keistimewaan diantaranya :

1. Rumah yang pertama dibangun sebagai tempat peribadatan umat manusia.

2. Rumah yang berbentuk antik dan unik ini telah dibangun dalam durasi waktu yang lama dan sangat tua serta memiliki keberkahan dan bertabur Rahmat Ilahi.

3. Memandangnya dengan pandang-an rindu dan cinta serta digandrungi oleh nurani yang terpanggil, akan mendapat-kan ganjaran sebanding dengan satu kali umrah.

4. Jika seorang pembunuh mendekat kepadanya, ia tidak akan di bunuh (ujar umar), kecuali ia telah meninggalkan tanah haram.

5. Menjadi tempat silaturrahmi, tempat aman bagi manusia lagi diberkahi.

6. Ka’bah berada pada garis lurus ke atas sejajar dengan baitul ma’mur dan centra amal ibadah para malaikat.

7. Jika memandangnya dengan khidmat kita akan mendapatkan ketenangan, terutama dengan membaca : “Allahumma Antassalam, waminkassalam, wailaika ya’udus-salam. Fahayyina rabbanaa bissalam, wadkhilnal jannata daarassalam. Tabarakta rabbanaa wata’alaita yaa dzal-dzalaaliwa-ikram”.

8. Selama 24 jam, Allah menurunkan 120 rahmat. 60 rahmat diberikan kepada mereka yang sedang tawaf , 40 diberikan kepada mereka yang sholat dan 20 diberikan kepada mereka yang hanya memanda-nginya dengan cinta dan peng-khidmatan.

9. Hati manusia terpaut setelah memandangnya, lalu tumbuh keinginan untuk kembali menjenguk dan menjumpainya. Bila itu dilakukan dengan iman, maka dosanya akan dihapuskan seperti bayi yang baru dilahirkan dari perut ibunya.

sahabat Nabi & tokoh dunia

Saidina Umar Al-Khatab

Dari Wikipedia bahasa Melayu

Saidina Umar ibni al-Khattab (Arab, عمر بن الخطاب) (c. 581 - November, 644), kadang-kadang dipanggil juga sebagai Umar Farooq ataupun Omar atau Umar ialah daripada Bani Adi iaitu salah satu golongan puak Quraish.

Dia menjadi khalifah kedua Islam (633-644) dan merupakan salah satu khalifah di dalam Khulafa al-Rasyidun.Jadual isi kandungan

Saidina Umar dilahirkan di Makkah. Beliau dikatakan terdiri daripada golongan kelas pertengahan. Beliau juga berilmu iaitu merupakan perkara yang amat jarang pada masa tersebut dan juga merupakan seorang pejuang dan wira yang gagah dan terkenal kerana kegagahannya.

Selepas pengislamannya, beliau melahirkan rasa kesalnya terhadap peristiwa penanaman anak perempuannya secara hidup-hidup dahulu (perkara seperti ini ialah fenomena biasa di Tanah Arab sebelum kedatangan Islam).

Memeluk Islam

Semasa Nabi Muhammad s.a.w. mula menyebarkan Islam secara terang-terangan, Saidina Umar mempertahankan ajaran tradisi masyarakat Quraish. Saidina Umar ialah antara orang yang paling kuat menentang Islam pada masa itu.

Menurut ahli sejarah Islam, semasa Saidina Umar dalam perjalanan untuk membunuh Rasulullah s.a.w., beliau bertembung dengan seseorang yang mengatakan bahawa beliau haruslah membunuh adik perempuannya dahulu memandangkan adiknya telah memeluk Islam.

Saidina Umar pergi ke rumah adiknya dan mendapati adiknya sedang membaca Al Quran. Dalam keadaan yang marah dan kecewa beliau memukul adiknya. Apabila melihat adiknya berdarah, beliau meminta maaf dan sebagai balasan beliau akan membaca secebis ayat Al Quran kepada adiknya. Beliau berasa terharu apabila mendengar ayat-ayat Al Quran yang begitu indah sehinggakan beliau memeluk Islam pada hari itu juga.

Selepas peristiwa terbabit, beliau berjanji akan melindungi Islam sehingga ke titisan darah terkahir.

Saidina Umar di Madinah

Saidina umar merupakan antara individu yang berhijrah ke Yathrib (kemudiannya dikenali sebagai Madinah). Dia merupakan salah seorang daripada Sahabat Rasulullah s.a.w..

Pada tahun 625, anak perempuan Saidina Umar iaitu Hafsa mengahwini Nabi Muhammad s.a.w.

Kewafatan Nabi Muhammad s.a.w.

Nabi Muhammad s.a.w. wafat pada tahun 632 masihi. Saidina Umar dikatakan amat sedih dengan kewafatan Rasulullah s.a.w. sehinggakan beliau sanggup membunuh sesiapa sahaja yang mengatakan bahawa Rasulullah s.a.w. telah wafat. Beliau kemudiannya kembali tenang selepas Saidina Abu Bakar (khalifah pertama umat Islam) berucap "Sesiapa yang menyembah Muhammad ketahuilah bahawa baginda telah wafat, tetapi sesiapa yang menyembah Allah s.w.t., ketahuilah bahawa Allah itu hidup dan tidak akan mati." Saidina Abu Bakar kemudiannya membaca beberapa keping ayat Al Quran untuk mententeramkan umat Islam.

Saidina Abu Bakar dengan sokongan Saidina Umar menjadi khalifah pertama umat Islam. Semasa pemerintahan singkat Saidina Abu Bakar, Saidina Umar merupakan penasihat Saidina Abu Bakar. Saidina Abu Bakar mencalonkan Saidina Umar sebagai penggantinya sebelum kematiannya pada tahun 634 masihi. Dengan itu Saidina Umar menjadi khalifah kedua umat Islam.

Pemerintahan Saidina Umar

Semasa pemerintah Saidina Umar, empayar Islam berkembang dengan pesat; menawan Mesopotamia dan sebahagian kawasan Parsi daripada Empayar Parsi (berjaya menamatkan Empayar Parsi), dan menawan Mesir, Palestin, Syria, Afrika Utara, dan Armenia daripada Byzantine (Rom Timur). Ada diantara pertempuran ini menunjukkan ketangkasan tentera Islam seperti Perang Yarmuk yang menyaksikan tentera Islam yang berjumlah 40,000 orang menumpaskan tentera Byzantine yang berjumlah 120,000 orang. Hal ini mengakhiri pemerintahan Byzantine di selatan Asia Kecil.

Pada tahun 637, selepas pengempungan Baitulmuqaddis yang agak lama, tentera Islam berjaya menakluk kota tersebut. Paderi besar Baitulmuqaddis iaitu Sophronius menyerahkan kunci kota itu kepada Saidina Umar. Beliau kemudiannya mengajak Saidina Umar supaya bersembahyang di dalam gereja besar Kristian iaitu gereja Church of the Holy Sepulchre. Saidina Umar menolak dan sebaliknya menunaikan solat tidak beberapa jauh daripada gereja tersebut kerana tidak ingin mencemarkan status gereja tersebut sebagai pusat keagamaan Kristian. 50 tahun kemudian, sebuah masjid yang digelar Masjid Umar dibina di tempat Saidina Umar menunaikan solat.

Saidina Umar banyak melakukan reformasi terhadap sistem pemerintahan Islam seperti menubuhkan pentadbiran baru di kawasan yang baru ditakluk dan melantik panglima-panglima perang yang berkebolehan. Semasa pemerintahannya juga kota Basra dan Kufah dibina.

Saidina Umar juga amat dikenali kerana kehidupannya yang sederhana.

Wafatnya Saidina Umar

Saidina Umar wafat pada tahun 644 selepas dibunuh oleh seorang hamba Parsi yang bernama Abu Lu'lu'ah. Abu Lu'lu'ah menikam Saidina Umar kerana menyimpan dendam terhadap Saidina Umar. Dia menikam Saidina Umar sebanyak enam kali sewaktu Saidina Umar menjadi imam di Masjid al-Nabawi, Madinah.

Saidina Umar meninggal dunia dua hari kemudian dan dikebumikan di sebelah makam Nabi Muhammad s.a.w. dan makam Saidina Abu Bakar. Saidina Uthman Affan dilantik menjadi khalifah selepas kematiannya.