Jumat, 01 Juni 2007

khotbah maulid

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,….

Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, dia seorang raksasa sejarah. Ia berjuang meningkatkan tahap ruhaniyah dan moral suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban karena panas dan kegersangan gurun. Dia berhasil lebih sempurna dari pembaru manapun. Belum pernah ada orang yang begitu berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya seperti dia, “tulis Will Durant dalam The Story Of Civilization. “Dia datang seperti sepercik sinar dari langit, jatuh ke padang pasir yang tandus, kemudian meledakkan butir-butir debu menjadi mesiu yang membakar angkasa sejak Delhi ke Granada,” ujar Thomas Carlyle dalam On Heroes and Hero Worship.
Dengan sejumlah informasi yang mereka miliki, Durant dan Carlyle berusaha melukiskan kebesaran Rasulullah saw. Mereka tidak pernah berjumpa dengan Nabi yang mulia. Mereka tidak pernah melihat wajah atau mendengar suaranya. Mereka bahkan tidak beriman kepada apa yang dibawa Nabi saw. Mereka hanya menyaksikan lewat lembaran-lembaran sejarah yang sampai kepada mereka. Mana mungkin mereka berhasil mengungkapkan kebesarannya…?
Pada zaman khalifah ‘Umar bin Khattab, seorang yahudi datang menemui khalifah, “Ceritakan kepadaku akhlak Rasul kalian.” ‘Umar tidak sanggup memnuhi permintaannya. Dia menyuruh Yahudi itu menemui Bilal. Bilalpun tidak mampu. Akhirnya Yahudi itu sampai pada ‘Ali bin Abi Thalib. Bukankah ‘Ali mengenalnya sejak kecil …? Bukankah dia sering tidur bersama Rasulullah saw…,sehingga dia pernah berkata, “Aku masih merasakan harumnya tubuh Nabi saw..? Bukankah Ali hampir selalu menyertainya kemanapun beliau pergi…?. Ali bertanya kepada yahudi itu, “Lukiskan keindahan dunia ini, dan aku akan gambarkan kepada anda tentang akhlak Nabi saw.” Lelaki itu berkata : “Tidak mudah bagiku.” Ali menukas, “Engkau tidak mampu melukiskan keindahan dunia, Padahal Allah telah menyaksikan betapa kecilnya dunia ketika berfirman ;


Katakan, Keindahan dunia itu kecil. (QS. An-Nisa ; 77)

Bagaimana mungkin aku melukiskan akhlak Rasulullah saw. Padahal Allah bersaksi bahwa akhlaknya itu agung. Firman-Nya ;


Sesungguhnya engkau berada pada akhlak yang agung. (QS. Al-Qalam: 4)


Kaum Muslimin, Jamaah Jum’at Rahimakumullah,…….

Dengan keindahan akhlak, kebersihan hati dan kejernihan akal itulah, Rasulullah mengemban misi sebagai Rahmatan lil’alamin. (pembawa Rahmat bagi semesta). Lalu bagaimanakah kita bisa memahami misi beliau sebagai rahmat,…?. Untuk memahami misi tersebut kita harus membuka lembaran sejarah yang bersumber dari Al-Quran beserta tafsirnya, keterangan-keterangan dari hadits Nabi, atsar sahabat, kitab-kitab dan buku-buku yang disusun oleh ahli sejarah. Dengan demikian kita akan mendapatkan bahwa ; Lima ratus tahun sepeninggal nabi Isa. As, ajaran agama Allah yang di bawa dan disiarkan makin lama makin luntur dan cahayanya makin suram. Manusia berangsur-angsur menjauhi dan menyimpang dari ajaran agama yang benar. Perlahan-lahan mereka dibawa oleh hawa nafsunya ke jurang kehinaan dan kenistaan. Prikemanusiaan mengarah kepada sifat kebinatangan dan kebuasan. Yang kuat menindas yang lemah, yang kaya memeras yang miskin, yang kuasa menginjak-injak yang dikuasai. Sehingga persaudaraan menjadi permusuhan, persatuan menjadi perpecahan, kasih sayang bertukar menjadi kebengisan, dan perhambaan kepada Allah menjadi perhambaan kepada sesama manusia, berhala, api, binatang, kayu dan batu. Hal ini terjadi dalam masyarakat ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) dan masyarakat musyrikin. Demikianlah gambaran dunia 500 tahun sesudah nabi Isa as. Di Eropa dan Afrika, Persia dan Asia umumnya. Lebih-lebih di tanah Arab pada zaman jahiliyah, diliputi kegelapan, kebodohan dan keterbelakangan. Kondisi seperti ini dalam Al-Quran disebut fasad (kerusakan). Firman Allah ;





Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Ruum ; 41)

Jamaah Jum’at rahimakumullah,….
Masyarakat manusia seperti inilah yang menjadi sasaran risalah Nabi saw. Ia dibangkitkan oleh Allah SWT untuk berjuang. Berjuang melawan kepahitan hidup sejak kecil sebagai anak yatim. Berjuang melawan hawa nafsu dan kezaliman. Berjuang menghadapi masyarakat jahiliyah yang sudah terbongkar dan terlepas dari sendi-sendi keutamaan hidup. Berjuang mengangkat kembali masyarakat yang sudah jatuh dan hampir binasa. Dari lahir sampai ajalnya, ia berjuang dengan hati yang tak pernah patah, semangat yang tak kunjung padam. Berjuang bukan untuk pribadinya. Tetapi untuk cita-citanya yang suci. Membela prikemanusiaan, menegakkan kebenaran dan keadilan dalam rangka berbakti kepada Allah SWT.

Jamaah jum’at rahimakumullah,….
Perjuangan dengan revolusi berfikir yang fundamental serta perombakan masyarakat, dibarengi dengan prombakan yang amat dahsyat adalah perjuangan yang tidak ada tolok bandingnya sejak itu sampai sekarang. Sungguhpun berat tugas dan perjuangan Nabi saw, tetapi toh berhasil dengan gemilang. Di sinilah letak bukti limpahan Rahmat Allah SWT bagi sekalian alam sebagai tujuan misi dari risalah Muhammad saw. Risalah yang diembannya itu membawa Al-Huda (Al-Quran) dan Agama yang haq, yang ajarannya mampu mengungguli ajaran agama-agama lainnya. Ia membawa gagasan dan faham baru. Pandangan hidup baru, untuk membentuk masyarakat baru yang sudah dirancang oleh pencipta manusia, pencipta semesta (Allah SWT).

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,….

Dalam khutbah yang singkat ini, agaknya tidak mungkin kita memngungkap secara panjang lebar tentang bagaimana wujud Rahmat yang diamanahkan kepada Rasulullah dengan karakter, akhlak dan kepribadian sempurna, yang sudah dijamin oleh Allah SWT. Namun demikian secara ringkas dapat kita lihat beberapa item wujud dari rahmat Allah SWT tersebut antara lain :
1. Dibebaskannya manusia dari jurang kemusyrikan, kehancuran dan perpecahan. (QS. Ali Imran ; 103)
2. Dikeluarkannya manusia dari kegelapan kufur kepada terangnya cahaya iman. (QS. Ibrahim : 1)
3. Dilepaskannya beban berat yang membelenggu golongan manusia yang lemah, (hamba sahaya, wanita, anak yatim, orang miskin dan fakir.
4. Dibersihkannya manusia dari perbuatan kotor dan keji, akhlak yang tercela dan budi yang rendah, dengan kata lain, diselamatkannya manusia dari kehidupan yang biadab.
5. Dimanusiakannya manusia yang telah kehilangan sifat keutamaan hidupnya, yakni diangkatnya kembali derajat manusia dan ditempatkannya pada kedudukan yang layak bagi martabat manusia sebagai makhluk dan hamba Allah yang telah dimuliakan dan diberikan kelebihan yang besar kepadanya. (QS. Al-Isra ; 70)
6. Dibimbingnya manusia ke jalan yang benar, sehingga ia bisa membangun kehidupannya disegala bidang, menjadi beriman, berilmu, Beramal, berakhlak mulia, menjadi bertauhid, beribadah dan berprilaKu menurut contoh Rasulullah, menjadi umat beradab, umat yang satu, umat yang mempunyai pradaBan yang baru, yaitu pradaban Islam yang kemudian disumbangkan kepa`a dunia.

Jamaah Jum’at RahimakumullAh,….

Demikianlah kehadiran Rasulullah saw sebagi pelita di tengah dahaga spritual yang memuncak. Ia hadir dan melangkah di dalam dakwah dengan akhlak dan keteladanan. Dengan hati yang terjaga dan lidah yang tertata. Walaupun dalam memperingati kelahiran beliau di tahun 1427 H ini, kita tak bersua dengannya, namun seluruh kepribadiannya adalah cermin hidup yang akan bersinar walaupun tidak bermatahari. Zaman akan selalu mengawal goresan sejarah yang telah ditorehkannya sebagai teladan dan contoh bagi seluruh aspek kehidupan. Baik sebagai individu, masyarakat. Maupun dalam konteks berbangsa dan bernegara. Dimana kita sedang bersiap-siap dalam pemilihan kepemimpinan yang dapat diteladani. Semoga Allah memberikan petunjuk dan maghfirahnya kepada kita sekalian, lalu dengan keteguhan dan kekuatan hati kita melanjutkan misi yang diemban dan diamahkan oleh Al-Quran dan hadits Rasulullah saw. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: