Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan senantiasa mengharap ridho Allah SWT. Pada hari ini,..Alhamdulillah,...kita dapat melaksanakan Akad nikah/perkawinan dengan segala prosesinya, dalam keadaan sehat wal ‘afiat. Inilah suatu acara ritual yang sesungguhnya diidam-idamkan oleh setiap pasangan dan menjadi kewajiban bagi setiap orang tua (untuk menikahkan putra/putrinya).
Para hadirin dan undangan sekalian yang berbahagia,....
Allah telah memberikan fitrah keinginan kepada manusia untuk berumah tangga, dan Tuhan jualah yang menciptakan jodoh di antara makhluknya, sehingga fitrah itu dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Allah telah menciptakan lelaki dan perempuan, agar dapat berhubungan antara satu dengan lain, saling mencintai, seiya sekata, sebiduk sehaluan, saling bertanggung jawab akan tugas masing-masing, dan segala resiko di tengah samudra hidup, demi kelestarian dan keagungan cita-cita bersama. Juga menghasilkan keturunan, dan hidup berdampingan secara damai lagi sejahtera sesuai dengan perintah Allah dan petunjuk Rasulullah.
Para hadirin dan undangan sekalian yang berbahagia,.....
Dalam hal ini, ................................... telah memilih tambatan hatinya untuk mengarungi hidup yang diawali dengan akad nikah.
Tentu sebagai orang tua dan sebagai panglima sekaligus, ................................... merasa berbahagia dan bersyukur, bahwa acara ini dapat berjalan dengan baik, sebagai upaya untuk melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya pula.
Para hadirin, undangan sekalian yang berbahagia,.....
Dalam kesempatan ini, tidak ada yang dapat saya sampaikan, kecuali ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas setiap langkah kaki para hadirin dan undangan serta bantuan dari berbagai pihak, hingga terlaksananya acara ini dengan baik. Khusus kepada bapak penghulu (P3N/Ka. KUA) yang telah dapat melaksanakan tugas dan mengantarkan kedua mempelai ke dalam ikatan perkawinan, atas nama keluarga kedua mempelai dan secara pribadi saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Kemudian khusus kepada ananda ,..........................
.........................................................................................
yang hari ini sangat bersuka cita,....ada sedikit “manisan” yang terasa perlu saya sampaikan sebagai ungkapan turut bergembira, bersyukur dan berbahagia
Partama : Suami Isteri adalah kawan hidup yang paling dekat. Suami Isteri adalah manusia biasa yang tentu tidak sempurna, oleh karena itu wahai ananda berdua, berusahalah untuk saling memahami, mempercayai, menyayangi, mencintai dan saling tolong menolong dalam menempuh bahtera rumah tangga yang akan ananda jalani. Janganlah saling mencela, atau memerintah dengan seenak hati.
Kedua : Niatkanlah pernikahan ananda karena Allah dan Rasulnya. Banyak-banyaklah beribadah untuk menagih simpati dari Tuhan kita Yang Maha Belas kasih dan Maha penyanyang. Dalam hal mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya, hendaklah ananda berdua saling bekerja sama, saling mengingatkan dan saling memberikan masukan secara arif. Rasulullah saw memberikan pujian kepada suami isteri yang senantiasa bekerja sama dalam mentaati perintah-perintah Allah SWT. Mereka bekerja sama dalam ruku dan sujud di tengah malam yang dingin, di saat orang lain tidur nyenyak. Rasulullah saw bersabda :
“Semoga Allah merahmati suami yang bangun di tengah malam melakukan sholat sunnat dan membangunkan isterinya. jika isterinya enggan bangun, dipercikkan wajahnya dengan air. Semoga Allah juga merahmati isteri yang bangun tengah malam menunaikan sholat (sunat) dan membangunkan suaminya. jika suaminya enggan bangun, dipercikkan wajahnya dengan air. (HR, Abu Daud dan Ibnu majah)
Ketiga : Wahai ananda, Ayah dan ibu mertua janganlah dianggap sebagai orang lain, mereka adalah orang tua ananda sendiri. Mereka sejatinya dimulyakan dan dihormati. Tunjukkanlah akhlak yang mulia terhadap mereka. Buatlah hati mereka gembira dan ridho. Sebab dalam sebuah hadits rasulullah saw bersabda :
“Ridho Allah bergantung kepada ridho orang tua dan murka Allahpun tergantung murka kedua orang tua”, (HR. At-Tarmidzi)
Berbuat baiklah juga ananda kepada keluarga besar masing-masing, dengan menjunjung etika pergaulan yang terpuji, dengan demikian ananda akan merasakan manisnya berkeluarga, indahnya kebersamaan sebagai keluarga besar, dan itu akan lebih membuat ananda berbahagia.
Keempat : Wahai ananda berdua,..Dalam Al-Qur’an, dengan sangat cantik Allah mengibaratkan suami istri itu menjadi pakaian antara satu dengan lainnya. memaknai istilah “pakaian”, kita akan dapatkan pemahaman bahwa ; yang namanya pakaian memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah :
a. Dapat menjadi penutup aurat,
b. Dapat menjadi penghias dan penutup dari terik mentari dan dinginnya udara malam.
c. dapat menjadi penghangat, dikala dingin diperaduan.
d. Pakaian juga menjadi lambang sebuah identitas dan simbol kebersahajaan. Bagaimana senangnya kita jika pakaian yang kita kenakan begitu bernilai, dan dapat bermanfaat disaat-saat suasana dingin dan panas.
Kelima : Ananda berdua yang sangat saya sayangi, Hidup tak selamanya berjalan mulus, begitu juga kehidupan berumah tangga. Hati tak selamanya riang gembira. Suatu saat hati bisa terluka. Dan betapa pedihnya sebuah perasaan tatkala terluka. Dunia bagaikan neraka yang membakar diri, pengap, gundah gulana, getir dan menyakitkan. Kata orang, makan tak enak, tidurpun tak nyenyak, bekerja tak bersemangat. Jika hal ini di alami oleh kalian berdua, misalnya dialami oleh seorang istri, kemanakah hendak dicari obat,...
Disinilah saya kira pentingnya saling
menjaga perasaan dan peka terhadap perubahan perasaan itu sendiri. Sabar, pemaaf, saling memahami, saling mempercayai dan lain-lain. Itulah kekayaan lain dari perbendaharaan sebuah hati.
Namun demikian saya juga yakin bahwa ananda berdua telah menyiapkan peluru-peluru terbaik dari sebuah mesiu yang teruji untuk membawa bahtera rumah tangga ananda ke dalam sebuah keluarga yang bahagia, penuh cinta dan kasih sayang.
Hadirin sekalian, dan kedua mempelai yang sangat kami sayangi,....
Kita semua berharap, bahwa perkawinan ini dapat langgeng. Ibarat taman yang selalu mendapatkan cuaca yang kondusif, siraman yang cukup dan tentu keadaan yang saling mengasihi, mencintai dan saling memahami antar satu dengan lainnya. Dengan demikian dari perkawinan ini diharapkan dapat melahirkan keturunan yang sholeh dan sholehah, yang berguna bagi bangsa dan negara.
Kepada para hadirin,...kami mohon do’a restunya, agar yang menjadi harapan kita dan kedua mempelai dapat dikabulkan oleh Tuhan yang Maha kuasa.
Dipenghujung sambutan ini, rasanya kurang pas kalau tak kita tutup dengan beberapa buah pantun.
Dari Samarinda ke
Melepas lelah di bukit samboja.
Terima kasih banyak kepada undangan.
Allah sajalah yang membalasnya
Putar kemudi mencari arah.
Hendak menuju pulau sipadan.
Kalau suguhan banyak tersalah.
Kami yang dhoif mohon maafkan.
Pulau Bunyu di tepi pantai.
banyak teruna mencari ikan.
Kalau penghulu berkata tunai.
Pantang terlambat beri jawaban.
Ikan patin dibeli kontan.
Untuk hadiyah tetangga sultan.
Pengantin baru kita do’akan.
Pengantin lawas tak ketinggalan.
Anak dara berbaju merah.
Hendak berlayar ke
Adat nikah sangat meriah.
Adat kawin basasunyian.
Di dalam tharikh, ada satu kisah menarik, dari prilaku suami istri yang begitu saling memahami. Diriwayatkan, bahwa suatu hari “Ummu Sulaim pernah ditinggal oleh suaminya Abu Thalhah ke luar rumah, tiba-tiba sang anak yang masih kecil terserang penyakit yang berat, hingga menyebabkan kematiannya pada hari itu juga. Ummu Sulaim, segera mengurusi jenazah, anaknya tercinta. Ia memandikan dan kembali menidurkannya. Ketika hari menjelang senja, sang suamipun datanglah. Ummu Sulaim menyambut kedatangan suaminya dengan wajah gembira seperti biasanya, seolah-olah tak terjadi apa-apa. Kebetulan Abu Thalhah rupanya hari itu sedang berpuasa. Jadi Ummu Sulaimpun sudah menyiapkan makanan untuk berbuka sang suami tercinta. Malam itu mereka masih bercumbu rayu, layaknya sorang suami isteri. Dan Ummu Sulaim tetap dalam tampilan yang tidak memberi kesan sedih atau telah kehilangan putranya. Ketika hari beranjak pagi, Ummu Sulaim mendekati suaminya dan berkata perlahan : “Abang,..bagaimana pendapat abang, jika suatu hari ada yang menitipkan sesuatu kepada kita, kemudian dia memintanya kembali,...apakah abang akan siap mengembalikan....?”. “Tentu,......tentu aku akan menyerahkan dengan ikhlas, sebab bukan milik kita”, jawab Abu Thalhah. “Kalau begitu, Lanjut Ummu Sulaim, Anak kesayangan kita Umair, ra telah diambil Oleh Allah SWT dan sekarang ada di tempat tidur. Mendengar itu Abu Thalhah tak bisa menyembunyikan kepedihan hatinya, Iapun datang kepada Rasulullah saw dan menceritakan halnya. Rasulullah memuji kesabaran mereka berdua, kemudian mendo’akan mereka. Di dalam sejarah dibuktikan, ternyata hubungan sebadan malam itu menghasilkan sorang anak yang bernama Abdullah, yang akhirnya melahirkan anak lagi sejumlah sembilan orang. Dan semuanya hafal Al-Quranul karim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar